Strategi-Strategi Pembelajaran di Sekolah / Madrasah (Part 1)

by - April 28, 2020



Project Based Learning (PJBL)
A.    Pengertian
Menurut Trianto (2014: 42) Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Sedangkan menurut Made Wena (2014: 144) model pembelajaran Project Based adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya. Dalam kerja proyek memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.[1]
B.     Langkah-langkah Project Based Learning
Menurut Rais (2010: 8-9) langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut:
1.      Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
2.      Merencanakan proyek (design a plan for the project)
3.      Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
4.      Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
5.      Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
6.      Evaluasi (evaluate the experience)
Menurut Made Wena (2014: 145) model pembelajaran Project Based Learning memiliki prinsip sebagai berikut.
a.       Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.
b.      Prinsip pertanyaan penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama.
c.       Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi.
d.      Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab.
e.       Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.
C.     Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning
Menurut Made Wena (2014: 147), model pembelajaran project based learning mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning
1.      Meningkatkan motivasi
2.      Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3.      Meningkatkan kolaborasi
4.      Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
5.      Increased resource – management skill
Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning
1.      Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
2.      Memerlukan biaya yang cukup banyak.
3.      Banyak peralatan yang harus disediakan.
Ekspositori
A.    Pengertian
Istilah ekspositori berasal dari konsep eksposisi yang berarti memberi penjelasan. Dalam konteks pembelajaran, ekspositori merupakan strategi yang dilakukan guru untuk mengatakan atau menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan informasi-informasi penting lainnya kepada para pembelajar (siswa). Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu seperti definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.[2]
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998), menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur maka, sering juga dinamakan istilah strategi “Chalk and Talk”.[3]
Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademis (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau ceramah.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu :
1)      Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangan tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan, diantaranya adalah :
a.    Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif
b.    Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
c.    Bukalah file dalam otak siswa.
2)      Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksaan langkah ini diantaranya yaitu :
a.    penggunaan bahasa
b.    Intonasi suara
c.    Menjaga kontak mata dengan siswa
d.   Menggunakan joke agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu.
3)      Korelasi (correlation)
Langkah Korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
4)      Menyimpulkan (generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian, siswa tidak merasa lagu lagi akan penjelasan guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara :
a.    Mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan
b.    Memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan[4]

B.     Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik ekspositori, diantaranya :
1.      Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikkannya dengan ceramah.
2.      Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.
3.      Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.[5]

C.     Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
1.      Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2.      Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3.      Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4.      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.[6]
Di samping memiliki kelebihan, strategi ekspositori juga memiliki kekurangan, di antaranya:
1.      Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2.      Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3.      Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4.      Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. [7]

Langsung dan Tidak Langsung
A.     Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan model pembelajaran langsung:
1.      Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
2.      Dapat digunakan untuk menekankan kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
3.      Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan.
4.      Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan.
5.      Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
6.      Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

Keterbatasan keterbatasan Model Pengajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut:
1.      Karena guru merupakan pusat dalam cara penyampaian ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2.      Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru. Akhmad Sudrajad (dalam Depdiknas, 2009).
Kekurangan tersebut dapat disiasati oleh guru dengan cara guru harus siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur dalam ceramah dan demonstrasi sehingga kekurangan tersebut dapat diatasi oleh guru dalam pembelajaran. Ceramah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stress bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.[8]
B.     Strategi pembelajaran tidak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik, menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah, mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain, pemahaman yang lebih baik, mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.[9]













                    

Daftar Pustaka
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogakarta: Indan Madani.
Chalish, M.  2011. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta : PT Bumi Aksara.
https://eprints.uny.ac.id/29375/1/Tutik%20Lestari_10520244042.pdf diakses pada tanggal 21 November pukul 15.25 WIB
https://eprints.uny.ac.id/9445/3/bab%202%20-08513245012.pdf di akses pada tanggal 21 November 2018 pukul 17.57 WIB





[1] https://eprints.uny.ac.id/29375/1/Tutik%20Lestari_10520244042.pdf diakses pada tanggal 21 November pukul 15.25 WIB
[2] M. Chalish, 2011. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : PT Bumi Aksara), hlm  124.
[3] Hamruni, 2012. Strategi Pembelajaran, (Yogakarta: Insan Madani), hlm 73.
[4] Hamruni, op.cit, hlm 80-85.
[5] Hamruni, op.cit, hlm 73.
[6] Hamruni, op.cit, hlm 85.
[7] Hamruni, op.cit, hlm 86.
[8] https://eprints.uny.ac.id/9445/3/bab%202%20-08513245012.pdf di akses pada tanggal 21 November 2018 pukul 17.57 WIB
[9] Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta : 2012: Insan Madani), hlm 8.

You May Also Like

0 komentar

Total Tayangan Halaman