Strategi-Strategi Pembelajaran di Sekolah / Madrasah (Part 1)
Project
Based Learning (PJBL)
A. Pengertian
Menurut Trianto (2014: 42) Project Based Learning
adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Sedangkan menurut
Made Wena (2014: 144) model pembelajaran Project Based adalah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan
suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada
pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik
untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara
mandiri.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Project Based Learning merupakan model pembelajaran inovatif yang
melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam
mengkonstruksi pembelajarannya. Dalam kerja proyek memuat tugas-tugas kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan
menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan,
melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk
bekerja secara mandiri.[1]
B.
Langkah-langkah Project
Based Learning
Menurut
Rais (2010: 8-9) langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning
adalah sebagai berikut:
1.
Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang
(start with the big question)
2.
Merencanakan proyek (design a plan for the project)
3.
Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
4.
Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and
the progress of the project)
5.
Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess
the outcome)
6. Evaluasi
(evaluate the experience)
Menurut
Made Wena (2014: 145) model pembelajaran Project Based Learning memiliki prinsip
sebagai berikut.
a.
Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa
kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.
b.
Prinsip pertanyaan penuntun (driving question)
berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang
dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip
utama.
c.
Prinsip investigasi konstruktif (constructive
investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang
mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi.
d.
Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran
berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri,
bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab.
e. Prinsip
realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.
C.
Kelebihan dan Kekurangan
Model Pembelajaran Project Based Learning
Menurut
Made Wena (2014: 147), model pembelajaran project based learning mempunyai
beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
Kelebihan Model Pembelajaran
Project Based Learning
1.
Meningkatkan motivasi
2.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
3.
Meningkatkan kolaborasi
4.
Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
5.
Increased resource – management skill
Kelemahan Model Pembelajaran
Project Based Learning
1.
Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan
untuk menyelesaikan masalah.
2.
Memerlukan biaya yang cukup banyak.
3.
Banyak peralatan yang harus disediakan.
Ekspositori
A. Pengertian
Istilah
ekspositori berasal dari konsep eksposisi yang berarti memberi penjelasan.
Dalam konteks pembelajaran, ekspositori merupakan strategi yang dilakukan guru
untuk mengatakan atau menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan
informasi-informasi penting lainnya kepada para pembelajar (siswa). Metode
ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu seperti definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk
ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang
ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan
metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa
secara langsung.[2]
Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy
Killen (1998), menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (direct instruction). Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa
tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah
jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses
bertutur maka, sering juga dinamakan istilah strategi “Chalk and Talk”.[3]
Fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademis (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran yang
sering digunakan untuk mengaplikasikan strategi ini adalah metode kuliah atau
ceramah.
Ada beberapa langkah dalam penerapan
strategi ekspositori, yaitu :
1)
Persiapan
(preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori,
langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangan
tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam
langkah persiapan, diantaranya adalah :
a.
Berikan
sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif
b.
Mulailah
dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
c.
Bukalah
file dalam otak siswa.
2)
Penyajian
(presentation)
Langkah
penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan
yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian
ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan
dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksaan langkah ini diantaranya yaitu :
a.
penggunaan
bahasa
b.
Intonasi
suara
c.
Menjaga
kontak mata dengan siswa
d.
Menggunakan
joke agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa
yang lucu.
3)
Korelasi
(correlation)
Langkah
Korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa
atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya
dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
4)
Menyimpulkan
(generalization)
Menyimpulkan
adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan.
Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran
suatu paparan. Dengan demikian, siswa tidak merasa lagu lagi akan penjelasan
guru. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara :
a.
Mengulang
kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan
b.
Memberikan
beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan[4]
B.
Karakteristik
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik
ekspositori, diantaranya :
1.
Strategi
ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,
artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi
ini, oleh karena itu sering orang mengidentikkannya dengan ceramah.
2.
Biasanya
materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,
seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.
3.
Tujuan
utama pembelajaran adalah penguasaan materi itu sendiri. Artinya, setelah
proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar
dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.[5]
C.
Kelebihan
dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini
disebabkan strategi ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
1.
Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
2.
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
3.
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4.
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.[6]
Di samping memiliki kelebihan,
strategi ekspositori juga memiliki kekurangan, di antaranya:
1.
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
2.
Strategi
ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
3.
Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
4.
Oleh
karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way
communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah
bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan guru. [7]
Langsung
dan Tidak Langsung
A. Strategi
Pembelajaran Langsung
Strategi
pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru.
Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan
tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan model pembelajaran langsung:
1.
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar
maupun kecil.
2.
Dapat digunakan untuk menekankan kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
3.
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep
dan keterampilan-keterampilan.
4.
Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki
keterampilan.
5.
Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada
hasil-hasil dari suatu tugas. Hal ini penting terutama jika siswa tidak
memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
6. Model pembelajaran langsung bergantung
pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus
mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan
keterbatasan Model Pengajaran Direct Instruction adalah
sebagai berikut:
1.
Karena
guru merupakan pusat dalam cara penyampaian ini, maka kesuksesan pembelajaran
ini bergantung pada guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya
diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2.
Demonstrasi
sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa
bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang
dimaksudkan oleh guru. Akhmad Sudrajad (dalam Depdiknas,
2009).
Kekurangan
tersebut dapat disiasati oleh guru dengan cara guru harus siap, berpengetahuan,
percaya diri, antusias dan terstruktur dalam ceramah dan demonstrasi sehingga
kekurangan tersebut dapat diatasi oleh guru dalam pembelajaran. Ceramah cara
yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan
bebas stress bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan
dipermalukan. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada
hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal
ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau
keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.[8]
B.
Strategi
pembelajaran tidak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung
sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak
langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut
dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi
fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan
dari strategi ini antara lain: mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta
didik, menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah, mendorong kreativitas
dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain, pemahaman
yang lebih baik, mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari
pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit
diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik
perlu mengingat materi dengan cepat.[9]
Daftar Pustaka
Hamruni.
2012. Strategi Pembelajaran.
Yogakarta: Indan Madani.
Chalish,
M. 2011. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta : PT Bumi
Aksara.
https://eprints.uny.ac.id/29375/1/Tutik%20Lestari_10520244042.pdf
diakses pada tanggal 21 November pukul 15.25 WIB
https://eprints.uny.ac.id/9445/3/bab%202%20-08513245012.pdf
di akses pada tanggal 21 November 2018 pukul 17.57 WIB
[1] https://eprints.uny.ac.id/29375/1/Tutik%20Lestari_10520244042.pdf
diakses pada tanggal 21 November pukul 15.25 WIB
[2] M.
Chalish, 2011. Strategi Pembelajaran
Berbasis Kompetensi, (Jakarta : PT Bumi Aksara), hlm 124.
[3]
Hamruni, 2012. Strategi Pembelajaran,
(Yogakarta: Insan Madani), hlm 73.
[4]
Hamruni, op.cit, hlm 80-85.
[5] Hamruni,
op.cit, hlm 73.
[6]
Hamruni, op.cit, hlm 85.
[7] Hamruni,
op.cit, hlm 86.
[8] https://eprints.uny.ac.id/9445/3/bab%202%20-08513245012.pdf
di akses pada tanggal 21 November 2018 pukul 17.57 WIB
[9]
Hamruni, Strategi Pembelajaran,
(Yogyakarta : 2012: Insan Madani), hlm 8.
0 komentar